[go: up one dir, main page]
More Web Proxy on the site http://driver.im/Lompat ke isi

Pareidolia

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Gambar satelit dari sebuah dataran tinggi di Cydonia, Wajah pada permukaan Mars yang terkenal.

Pareidolia (pengucapan bahasa Inggris: [pærɪˈdoʊliə] pa-ri-DOE-lee-ə) adalah sebuah fenomena psikologis yang melibatkan stimulus samar-samar dan acak (sering kali sebuah gambar atau suara) yang dianggap penting. Contoh umum termasuk melihat gambar binatang atau wajah-wajah di awan, melihat pria atau kelinci di permukaan Bulan, atau mendengar pesan tertentu di rekaman yang dimainkan secara terbalik. Kata ini berasal dari bahasa Yunani para-- "samping", "dengan", atau "bersama"-yang berarti, dalam konteks ini, sesuatu yang salah atau salah (seperti dalam paraphasia, pidato gangguan) dan eidolon - "gambar", kata pengecil dari eidos - "gambar", "bentuk", "bentuk".

Keagamaan

[sunting | sunting sumber]

Ada banyak contoh persepsi citra agama dan berbagai tema lainnya, terutama wajah tokoh maupun simbol agama, dalam fenomena-fenomena yang biasa dijumpai. Banyak diantaranya yang melibatkan gambar Yesus, Bunda Maria, atau Lafadz Allah.

Pada tahun 1978, seorang wanita New Meksiko menemukan bahwa pola tanda akibat pembakaran pada tortilla yang dia buat menyerupai penggambaran barat tradisional dari wajah Yesus Kristus. Ribuan orang datang untuk melihat tortilla yang dibingkai tersebut.[1]

Publisitas terbaru seputar penampakan tokoh agama dan gambar mengejutkan lainnya di objek biasa, dikombinasikan dengan semakin populernya lelang online, telah melahirkan sebuah pasar untuk barang-barang seperti di eBay. Salah satu contoh yang terkenal adalah roti keju panggang dengan wajah Bunda Maria.[2]

Pada bulan September, 2007, muncul sebuah "fenomena pohon kera " yang menyebabkan sebuah mania sosial kecil di Singapura. Ada bagian dari pohon tersebut yang menyerupai wujud kera, dan orang-orang yang percaya berbondong-bondong ke pohon tersebut untuk memberi penghormatan kepada "Dewa Kera".[3]

Tes proyektif

[sunting | sunting sumber]

Uji inkblot Rorschach[1] menggunakan pareidolia dalam upaya untuk mendapatkan informasi tentang keadaan mental seseorang. Rorschach adalah tes proyektif, karena sengaja memunculkan pikiran-pikiran atau perasaan responden yang "diproyeksikan" ke gambar inkblot yang bersifat ambigu. Proyeksi dalam hal ini adalah bentuk "pareidolia diarahkan" karena kartu-kartu tersebut telah sengaja dirancang untuk tidak menyerupai sesuatu secara khusus.[1]

Pada tahun 1971, Konstantin Raudive menulis Breakthrough, merinci apa yang dia yakini sebagai sebuah penemuan fenomena suara elektronik (electronic voice phenomenon/EVP). EVP telah digambarkan sebagai suatu pareidolia pendengaran.[1]

Dugaan backmasking dalam musik populer juga telah digambarkan sebagai pareidolia.[1]

Periklanan

[sunting | sunting sumber]

Pada kampanye iklan Kartu American Express[2], yang dimulai pada tahun 2009, menampilkan berbagai benda sehari-hari yang terlihat (atau telah dibuat agar terlihat) seperti wajah sedih dan bahagia.

Penjelasan

[sunting | sunting sumber]

Keuntungan Evolusioner

[sunting | sunting sumber]
Berbagai bentuk awan kerap dijadikan sumber pareidolia.

Carl Sagan membuat hipotesis bahwa sebagai taktik demi kelangsungan hidupnya, manusia memiliki "bawaan" dari lahir untuk mengidentifikasi wajah manusia. Hal ini memungkinkan orang untuk untuk mengenali wajah dari jarak jauh, dan dalam jarak pandang yang buruk dengan hanya menggunakan rincian yang minim. Akan tetapi hal ini juga dapat menyebabkan mereka untuk menafsirkan gambar acak, pola cahaya, maupun bayangan sebagai sebuah wajah.[4] Keuntungan evolusioner dari kemampuan untuk membedakan mana kawan maupun lawan dengan akurat dan dalam waktu singkat begitu besar; dan manusia prasejarah (dan bahkan modern) yang tanpa sengaja salah mengidentifikasi musuh sebagai teman bisa menghadapi konsekuensi yang mematikan akibat kesalahan ini. Hal ini merupakan salah satu di antara banyak desakan evolusioner yang bertanggung jawab atas perkembangan kemampuan pengenalan wajah dari manusia modern.[5]

Ada beberapa kondisi yang dapat menyebabkan seseorang kehilangan / kemampuannya untuk mengenali wajah. Stroke, tumor, dan trauma pada bagian gyrus fusiform ventral adalah merupakan penyebab paling umum. Ini dikenal sebagai prosopagnosia.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d Zusne, Leonard (1989). Anomalistic Psychology: A Study of Magical Thinking. Lawrence Erlbaum Associates. hlm. 77–79. ISBN 0805805087. 
  2. ^ "'Virgin Mary' toast fetches $28,000". BBC News. 23 November 2004. 
  3. ^ Ng Hui Hui (13 September, 2007). "Monkey See, Monkey Do?". The New Paper. hlm. 12–13. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-05-03. Diakses tanggal 2010-12-06. 
  4. ^ Sagan, Carl (1995). The Demon-Haunted World - Science as a Candle in the Dark. New York: Random House. ISBN 0-394-53512-X. 
  5. ^ Svoboda, Elizabeth (2007-02-13). "Facial Recognition - Brain - Faces, Faces Everywhere". The New York Times. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]