Meme
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |
Antropologi |
---|
Bidang |
Sub bidang |
Metode dan kerangka kerja |
Konsep utama |
Artikel terkait |
Meme (pelafalan dalam bahasa Indonesia: [mim], terj. har. 'tiruan'; bentuk tak baku (per preskripsi KBBI): mim)[2] adalah ide, perilaku, atau gaya yang menyebar dari satu orang ke orang lain dalam sebuah budaya.[2] Meme merupakan neologisme yang diciptakan oleh Richard Dawkins.[3] Berikut merupakan contoh meme: gagasan, ide, teori, penerapan, kebiasaan, lagu, tarian dan suasana hati. Meme dapat replikasi dengan sendirinya (dalam bentuk peniruan) dan membentuk suatu budaya, cara seperti ini mirip dengan penyebaran virus (tetapi dalam hal ini terjadi di ranah budaya). Sebagai unit terkecil dari evolusi budaya, dalam beberapa sudut pandang meme serupa dengan gen. Richard Dawkins, dalam bukunya The Selfish Gene,[3] ia menceritakan bagaimana ia menggunakan istilah meme untuk menceritakan bagaimana prinsip Darwinisme untuk menjelaskan penyebaran ide ataupun fenomena budaya. Dawkins juga memberi contoh meme, yaitu nada, kaitan dari susunan kata, kepercayaan, gaya berpakaian dan perkembangan teknologi.
Teori meme menjelaskan bahwa meme berkembang dengan cara seleksi alam (mirip dengan prinsip evolusi biologi yang dijelaskan oleh penganut Darwinisme) melalui proses variasi, mutasi, kompetisi, dan warisan budaya yang mana memengaruhi kesuksesan reproduksi di setiap individu. Dengan demikian, meme menyebar berupa ide dan bila tidak berhasil maka ia akan mati, sedangkan yang lain akan bertahan, menyebar, dan (untuk tujuan yang lebih baik bahkan lebih buruk) akan bermutasi. “Ilmuwan memetika mempunyai pendapat bahwa meme yang mempunyai ketahanan terbaik akan menyebar dengan efektif dan memengaruhi si objek (seorang individu).”[4]
Etimologi
[sunting | sunting sumber]Meme berasal dari bentuk pendek mimeme (dari bahasa Yunani Kuno μίμημα pengucapan Yunani: [míːmɛːma] mīmēma, "imitasi/tiruan"; dari μιμεῖσθαι mimeisthai, "mengimitasi"; dari μῖμος mimos, "mime").[5] Dawkins mengatakan bahwa dia menginginkan "sebuah kata yang terdiri dari satu suku kata karena terdengar seperti kata gene (gen)", sehingga dia singkat mimeme menjadi meme.
Sejarah dari unit evolusi sosial, dan istilah serupa (bahasa yunani mneme, berarti "memory") pertama diungkapkan pada tahun 1904 oleh ilmuwan evolusi biologi Jerman yang bernama Richard Semon berjudul Die Mnemischen Empfindungen in ihren Beziehungen zu den Originalempfindungen. Menurut OED (Oxford English Dictionary), kata mneme muncul di Inggris pada tahun 1921 yang terdapat pada terjemahan buku Semon, The Mneme.
Asal usul dan konsep
[sunting | sunting sumber]Kata meme pertama kali dikenalkan oleh Richard Dawkins melalui bukunya The Selfish Gene pada tahun 1976.[3][6] Kata ini berasal dari kata Yunani kuno “mīmēma,” yang berarti “ditiru.”Dawkins memakai istilah ini untuk mendefinisikan lahirnya budaya dengan anggapan terjadinya merupakan bentukan dari banyak replikator. Hipotesisnya adalah manusia seharusnya melihat kelahiran budaya berasal dari banyaknya bentukan replikator, yang umumnya mereplikasi melalui hubungan dengan manusian, yang telah berevolusi sebagai peniru (walaupun tidak sempurna) (copy) informasi maupun prilaku yang efisien. Meme tidak selalu terkopi secara sempurna, bahkan dapat hilang, tercampur atau bahkan berubah dikarenakan pengaruh dari ide lainnya, sehingga menjadikan suatu meme yang baru. Meme tersebut (meme yang baru) dapat menjadi lebih baik (atau buruk) sebagai replikator dibandingkan dengan meme sebelumnya, hal inilah yang menjadi kerangka hipotesis dari evolusi budaya, analogi tersebut membimbing kita menuju evolusi biologi yang berbasiskan gen.
Richard Dawkins secara gamblang menjelaskan bahwa gen bersifat abadi karena informasi yang terkandung dalam gen dapat diwariskan hampir sempurna melalui banyak generasi. Meskipunn DNA itu sendiri tidak bertahan lama, informasi yang dikodekan dapat hidup selama jutaan tahun. Gen yang berhasil bertahan adalah gen yang baik dalam membangun tubuh yang efektif dalam mereproduksi dan mempertahankan informasi genetiknya.
Konsep pewarisan gen ini menjadi sebuah gagasan Richard Dawkins dalam memperkenalkan konsep meme sebagai unit transmisi budaya, mirip dengan cara gen mewariskan informasi biologis. Meme mencakup ide, perilaku, atau gaya yang menyebar melalui imitasi di antara individu. Seperti gen, meme berkompetisi untuk bertahan hidup dalam lingkungan sosial, dan mereka yang lebih menarik atau relevan cenderung bertahan dan berkembang biak. Meme menjelaskan bagaimana budaya dapat berkembang melalui seleksi alam, memperlihatkan evolusi di luar konteks biologis.[7]
Analogi genetik Dawkins
[sunting | sunting sumber]Richard Dawkins menyatakan dalam bukunya "Gen Egois" bahwa sebagian besar keunikan manusia dapat dirangkum dalam satu kata yaitunya, budaya. Budaya adalah kumpulan pengetahuan, kebiasaan, dan cara hidup yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pewarisan budaya ini mirip dengan pewarisan genetis, karena keduanya konservatif, namun dapat mendorong perubahan kearah evolusi.
Pewarisan budaya tidak hanya terdapat pada manusia; spesies lain, seperti burung saddleback dari Selandia Baru, juga menunjukkannya. Pada kicauan burung ini, yang berkicau membentuk sebuah lagu tidak diwariskan secara genetik, tetapi ditiru dari tetangganya. Pola lagu yang unik terbentuk dari variasi tiruan satu burung ke burung lain seperti perubahan nada, dan kombinasi lagu-lagu lain, yang menurut Jenkins merupakan sebuah "mutasi budaya". Fenomena ini menyerupai bagaimana bahasa dan budaya manusia berevolusi.
Manusia, bagaimanapun menunjukkan kompleksitas evolusi budaya yang lebih kaya. Bahasa, gaya berpakaian, makanan, ritul, seni, dan teknologi berkembang dengan cara yang tidak terhubung langsung dengan evolusi genetis tetapi tetap progresif. Konssep ini dikembangkan oleh Richard Dawkins, yang melihat bahwa gen sebagai replikator dapat dianalogikan dengan unit budaya manusia. Untuk memberi nama pada replikator budaya ini, Dawkins menciptakan istilah meme, yang berarti unit imitasi atau transmisi budaya.
Dalam lintasan sejarah, meme telah memainkan peran penting dalam pembentukan budaya manusia, menciptakan variasi dan inovasi yang berkembang seiring waktu, mirip dengan cara seleksi alam bekerja dalam evolusi genetik.[7]
Contoh-contoh meme
[sunting | sunting sumber]- Indra manusia, menyebar dari generasi ke generasi.
- Pekerjaan yang populer, seperti musik, kesusastraan, dan video; lebih sering tertularkan hanya pada suatu massa tertentu.
- Teknologi dan artifak teknologi: mobil, tulisan, dan lain-lain. Teknologi mendemonstrasikan mutasi sebaik perpindahan, di mana memerlukan proses memetika (atau genetika). sebagai contoh dari "meme teknologi" mengembangakan bangunan tahan api (kebakaran). Beberapa peneliti kadang-kadang mendefinisikan teknologi sebagai "temes". Contoh seperti ini terlihat jelas pada Hukum Moore.
- Tradisi, termasuk agama, gaya berpakaian, syair, cerita, musik, tarian, dan kebiasaan anak-anak.
- Teori, termasuk ilmu pendidikan, fiksi ilmiah dan konspirasi.
- kedokteran dan aturan keselamatan: "tidak boleh berenang setelah makan"
- konsep yang populer:kebebasan, hukum, aturan kemilikan, ego, dan sifat mementingkan orang lain.
Penularan meme
[sunting | sunting sumber]Pada jangka waktu tertentu informasi ditularkan secara vertikal (dari generasi ke generasi) melalui replikasi dari gen. Selain itu meme juga dapat ditularkan secara horizontal (dalam lingkup generasi tersebut). Maka dari itu meme dapat menjelaskan kebohongan dalam periode yang lama seperti penemuan kembali Copernicus yang berasal dari sudut pandang heliosentrik pertama yaitu Aristarkhos dari Samos.
Meme yang ditularkan menyebabkan pembentukan kebiasaan seseorang. Sebagai contoh kebiasaan berpakaian yang ditularkan seorang artis. Kebiasaan ini pada akhirnya mempengaruhi banyak orang pada kehidupan biasa.
Bidang yang menelusuri bagaimana meme menyebar sehingga membentuk budaya disebut memetracker. Saat ini banyak situs web yang mengizinkan untuk menelusuri bagaimana penyebaran informasi seperti Friendster dan Amazon.com. Blogdex Cameron Marlowe yang pertama kali melakukan riset terhadap hal ini.[8]
Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa meme sebagai analogi gen dalam proses pewarisan budaya. Maka sama seperti gen yang berkembang biak dalam lumbung gen (gene pool) dengan berpindah antar organisme melalui reproduksi biologis, begitupula meme berkembang biak dalam lumbung meme (meme pool) dengan berpindah dari satu pikiran ke pikiran lainnya melalui imitasi (peniruan). Dawkins menekankan bahwa meme, seperti gagasan ilmiah, lagu populer, atau mode fashion, dapat menyebar melalui komunikasi sosial yang mempertemukan ide baru dengan individu lain.[9]
berikut penularan meme menurut Richard Dawkins dari bukunya The Selfish Gene;[9]
Penyebaran melalui imitasi
[sunting | sunting sumber]Dawkins menggambarkan bahwa ketika seorang ilmuwan menyebarkan gagasan, ia melakukannya melalui berbagai media seperti publikasi, kuliah, atau diskusi yang memungkinkan meme (dalam bentuk gagasan) untuk "melompat" dari otak satu individu ke otak individu lainnya. Mekanisme penularan ini bergantung pada daya tarik atau relevansi meme terhadap khalayak. Contohnya, meme ilmiah bisa diukur melalui seberapa sering meme tersebut dikutip dalam jurnal ilmiah, sedangkan meme budaya, seperti lagu populer, bisa diukur dari popularitas di masyarakat luas.
Seleksi dan kelangsungan hidup meme
[sunting | sunting sumber]Seperti dalam seleksi alam pada gen, tidak semua meme mampu bertahan lama. Meme yang sukses adalah yang memiliki fekunditas tinggi, atau kemampuan untuk mereplikasi diri secara efektif. Namun, tidak semua mem memiliki ketahanan yang sama. Beberap, seperti lagu populer atau gaya busana (trend) tertentu, mungkin hanya bertahan sementara, sedangkan meme lain, seperti aturan hukum agama yahudi atau nilai tradisional, dapat bertahan berabad-abad berkat dukungan dari media tetrulis atau catatan sejarah yang manjamin pelestariannya.
Implikasi pada budaya dan evolusi budaya
[sunting | sunting sumber]Dawkins memperluas pemahaman evolusi ke dalam ranah budaya, mengusulkan bahwa budaya manusi mengalami perubahan evolusioner yang dipicu oleh transmisi meme. Evolusi ini terlihat dalam perkembangan bahasa, teknologi, dan adat-istiadat, yang terus berkembang melalui perpindahan dan perubahan meme. Penularan meme mengisyaratkan bahwa budaya dapat berevolusi secara mandiri dari perubahan biologis, menciptakan inovasi sosial yang terus memperkaya pengalaman manusia.
Meme menjadi satuan dasar dalam evolusi budaya yang mirip dengan gen dalam biologi, menunjukkan bahwa gagasa, perilaku, dan pengetahuan juga memiliki mekanisme seleksi yang dapat mengarahkan perkembangan sosial umat manusia.
Meme sebagai satuan diskrit
[sunting | sunting sumber]Dari apa yang telak dikatakan para ilmuan memetik bahwa meme adalah satuan diskrit, maka dapat dikatakan bahwa suatu gagasan bagaimanapun dapat terhitung sebagaimana ide yang menyatakan kalau atom tidak dapat dibagi menjadi satuan yang lebih kecil lagi. Dengan meme sebagai satuan terkecil maka tercipta ruang yang menarik "bagaimana suatu gagasan tertular dari seseorang ke yang lainnya?", tanpa memperhatikan isi dari suatu gagasan tersebut, atau gagasan yang membentuk meme yang lebih besar. Meme dapat terkandung dari sebuah kata ataupun meme dapat terkandung sepancang pembicaraan dari pertama kata yang diucapkan sampai akhir. Bentuk dari analogi gagasan gen sebagai sesuatu yang mereplikasi diri diproses sebagai kode. Pada tahun 1981 ilmuwan biologi Charles J. Lumsden dan Edward Osborne Wilson mempublikasikan karyanya yaitu teori gen/budaya sebagi proses evolusi bersama dalam buku berjudul "Genes, Mind, and Culture: The Coevolutionary Process".
Mereka berpendapat bahwa pokok dari unit biologi dalam budaya berhubungan dengan neural network yang mana berfungsi sebagai titik dari sematik memori. Selanjutnya Wilson mengadopsi istilah meme sebagai nama untuk unit pokok dari warisan budaya dan mempunyai peran untuk menyatukan alam dan ilmu sosial dalam buku Consilience: The Unity of Knowledge.[10]
Konsep yang mirip sebelum Dawkins
[sunting | sunting sumber]Plato memakai istilah "eidos" untuk mendeskripsikan sesuatu yang kekal. Menurut Plato, akal manusia mempunyai sifat yang mirip dengan eidos dan hal tersebutlah yang menjadi alasan sesuatu fenomena di seputar dunia. Aristoteles menolak gagasan tersebut dan menyatakan bahwa penggolongan dan pemisahan ada karena ada sesuatu yang mengatur hal tersebut.[11]
Deskipsi dari meme mirip dengan konsep yang diajarkan oleh para sufi.
Gabriel Tarde (1843-1904), seorang sosiolog berkebangsaan Prancis, mengembangkan ide tentang transfomasi budaya yang berlatar belakang peniruan dan pembaharuan dengan sampel interaksi psikologis yang terbatas. Penelitiannya tentang sosiologi mempunyai tujuan untuk menggolongkan fenomena sosial berdasarkan generasi, propaganda ide, praktik dan kebiasaan. Hasil penelitian tersebut yang kemudian dikembangkan menjadi memetik.
Bertrand Russell berulangkali menggunakan kata "kepercayaan adalah kesalahan" dalam tulisannya tentang kesalahan manusia.[12]
John Laurent dalam The Journal of Memetics menyebut bahwa istilah "meme" kemungkinan berasal dari karya Richard Semon. Pada tahun 1904 Semon mempublikasikan Die Mneme, yang beberapa tahun kemudian dialih bahasakan ke bahasa Inggris pada tahun 1924 dengan judul The Mneme. Buku tersebut membicarakan tentang transmisi budaya di mana mempunyai kemiripan dengan pendapat Dawkins. Laurent juga menemukan istilah meme pada The Soul of the White Ant (1927) oleh Maurice Maeterlinck (yang menurut dugaan orang menjiplak dari Eugène N. Marais) dan juga mempunyai kemiripan dengan konsep Dawkins.
Everett Rogers, yang mempelopori teori penyebaran (Diffusion of innovations) pada tahun 1962, menjelaskan bagaimana dan mengapa seseorang memakai suatu ide. Rogers memikirkan beberapa pengaruh dari ide Gabriel Tarde (1843–1904), yang menemukan hukum imitasi pada bukunya tahun 1890 yang menjelaskan bagaimana seseorang menentukan layak tidaknya suatu budaya ditiru.[13]
Memepleks
[sunting | sunting sumber]Kebanyakan penelitian tentang meme menaruh perhatian pada kumpulan meme yang disebut memepleks (disebut juga meme kompleks atau memekompleks) seperti kepercayaan, budaya, atau doktrin politik dan sistem. Memepleks yang menyandung meme yang saling mendukung akan menjadi lebih sukses dalam hal evolusinya. Memepleks ini juga memainkan peranan penting terhadap keberterimaan dari meme yang baru (bila meme yang baru cocok dengan memepleks maka dapat bergabung. Contohnya memepleks dari suatu kepercayaan membuat keseragaman cara beribadah.[14]
Memetika
[sunting | sunting sumber]Memetika[15] pertama kali dikemukakan ketika Richard Dawkins mereduksi proses dari evolusi gen biologi menjadi satuan pokok yaitu replikator (gen). Dalam penelitiannya untuk mencari kemiripan dan hal lainnya, Dawkins melakukan pengelompokan replikator seperti informasi dan ide. Budaya sebagai contohnya dapat berfungsi sebagai replikator dengan baik.
Memetika menawarkan cara penjelasan terbaik untuk melihat kebenaran nilai yang dikandung dari suatu meme. Memetika juga dapat dengan baik menjelaskan penyebaran suatu nilai seperti pendapat (bersih itu penting), pilihan (daging babi itu menjijikan), dan tahayul (kucing hitam membawa keberuntungan buruk).
Metodologi memetika
[sunting | sunting sumber]Memetika pada umumnya mengadopsi konsep dari teori evolusi (khususnya populasi genetik) dan mengaplikasikanya pada kebudayaan manusia. Memetika juga menggunakan model matematika untuk menjelaskan topik yang sangat kontroversial seperti religi dan sistem politik. Para kritikus memetika mengklaim bahwa metodologi ini mengacuhkan perkembangan berbagai disiplin (seperti sosiologi, psikologi kesadaran, psikologi sosial dan lain sebagainya).
Lihat juga
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]Catatan kaki
[sunting | sunting sumber]- ^ "Kilroy Was Here - Los Angeles Times". articles.latimes.com. 5 Mei 2000. Diakses tanggal 16 Disember 2013.
- ^ a b "me.me". KBBI Daring. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Diakses tanggal 28 Juni 2021.
- ^ a b c Dawkins, Richard (1989). "11. Memes:the new replicators". The Selfish Gene (edisi ke-edisi kedua). Oxford: Oxford University Press. hlm. 352. ISBN 0192177737. Dawkins menerangkan bahwa dalam edisi kedua ia membicarakan meme khusus untuk memberikan contoh nyata replikasi non-biologis dan prinsip-prinsip evolusi.
- ^ Kelly, Kevin (1994). Out of control: the new biology of machines, social systems and the economic world. Boston: Addison-Wesley. hlm. 360. ISBN 0-201-48340-8.
- ^ The American Heritage Dictionary of the English Language: Fourth Edition, 2000
- ^ Millikan 2004, hlm. 16; Varieties of meaning.
- ^ a b Dawkins, Richard (2017). The Selfish Gene: 40th Anniversary Edition (4th ed). (diterjemahkan bahasa Indonesia). Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia). hlm. 285–289. ISBN 978-602-424-728-7.
- ^ "MemeTracker: tracking news phrases over the web". snap.stanford.edu. Diakses tanggal 2021-12-07.
- ^ a b Dawkins, Richard (2017). The Selfish Gene: 40th Anniversary Edition (diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia). Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia). hlm. 287–291. ISBN 978-602-424-728-7.
- ^ Wilson 1998
- ^ Plato (1997). Republic. Internet Archive. Ware, England : Wordsworth Editions. ISBN 978-1-85326-483-2.
- ^ "Pergulatan Filsuf Bertrand Russell Atas Kritiknya Terhadap Tuhan - Semua Halaman - National Geographic". nationalgeographic.grid.id. Diakses tanggal 2021-12-07.
- ^ "Diffusion of Innovation Theory". sphweb.bumc.bu.edu. Diakses tanggal 2021-12-07.
- ^ "What does MEMEPLEX mean?". www.definitions.net. Diakses tanggal 2021-12-07.
- ^ Heylighen & Chielens 2009
Daftar pustaka
[sunting | sunting sumber]- Heylighen, Francis; Chielens, K. (2009), Meyers, B., ed., "Encyclopedia of Complexity and Systems Science" (PDF), Encyclopedia of Complexity and Systems Science by Robert a Meyers, Springer, Bibcode:2009ecss.book.....M, doi:10.1007/978-0-387-30440-3, ISBN 978-0-387-75888-6 Parameter
|contribution=
akan diabaikan (bantuan) - Millikan, Ruth G. (2004), Varieties of meaning: the 2002 Jean Nicod lectures, Cambridge, Massachusetts: MIT Press, hlm. 242, ISBN 0-262-13444-6
- Wilson, Edward O. (1998), Consilience: the unity of knowledge, New York: Knopf, hlm. 352, ISBN 0-679-45077-7