Backmasking
Backmasking adalah teknik dalam proses perekaman di mana suara dan pesan yang terdapat di dalam sebuah rekaman akan diputar secara terbalik. Backmasking merupakan suatu cara yang dibuat dengan maksud untuk memastikan apakah ditemukan sebuah pesan didalam sebuah rekaman yang mengalami pembalikan secara fonetis yang barangkali merupakan hal yang tidak disengaja.
Backmasking mulai dikenal karena band The Beatles yang pernah menggunakan alat penggubahan musik secara terbalik di dalam album berjudul Revolver tahun 1966.[1] Sejak dulu, banyak seniman dari berbagai belahan dunia yang telah pernah menggunakan backmasking untuk menghasilkan hal-hal yang bersifat sindiran, lawakan dan memiliki unsur berseni yang bisa dipraktikkan baik melalui rekaman digital atau rekaman analog. Cara seperti ini juga sudah pernah dipakai untuk mengaburkan kejelasan suatu kata dan sesuatu yang diucapkan supaya bisa dirilis dalam bentuk yang tergolong jauh dari lagu-lagu yang memiliki kata-kata kotor.
Backmasking telah pernah menjadi pokok pembicaraan yang sering diperdebatkan di Amerika Serikat sejak tahun 1970-an hingga 1980-an yaitu saat munculnya suatu tudingan yang dilontarkan kelompok-kelompok Kristen terhadap musisi-musisi rock terkemuka bahwa backmasking dibuat dengan tujuan satanik hingga menyebabkan banyak orang yang berunjuk rasa untuk mengadakan pembakaran rekaman-rekaman lagu lalu mengusulkan pembuatan undang-undang mengenai pencegahan backmasking dari pemerintah-pemerintah federal dan semua pemerintah yang memiliki kendali mutlak atas negara bagiannya masing-masing di Amerika Serikat.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Sullivan, Mark (October 1987). "'More Popular Than Jesus': The Beatles and the Religious Far Right". Popular Music. 6 (3): 313–326. doi:10.1017/S0261143000002348.