[go: up one dir, main page]
More Web Proxy on the site http://driver.im/Lompat ke isi

Ardjan Leo

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Ardjan Leo
Ardjan Leo
LahirLiauw Tjiang Seng
(1939-01-06)6 Januari 1939
Tanjung Garbus, Kebun Tembakau, Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang
Meninggal21 September 2020(2020-09-21) (umur 81)
Medan, Sumatera Utara
KebangsaanIndonesia
Nama lainLiao Zhangran (廖章然)
PekerjaanBudayawan, penulis, tokoh masyarakat komunitas Tionghoa Medan[1]

Ardjan Leo (1939-2020) adalah budayawan Tionghoa dari Lubuk Pakam, Sumatera Utara. Bagi komunitas Tionghoa di Sumatera Utara, ia dianggap sebagai tokoh penting pelestari kebudayaan dan bahasa Tionghoa di Era Reformasi.[1] Ardjan Leo adalah pendiri dari organisasi masyarakat Tionghoa Medan, Angsapura (Yasora).[1][2]

Kehidupan awal

[sunting | sunting sumber]

Ardjan Leo lahir tanggal 6 Januari 1939 di Tanjung Garbus, Kebun Tembakau, Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang. Leluhurnya adalah Orang Liok Hong (Lufeng) yang berasal dari pesisir Provinsi Guangdong, Tiongkok. Ayahnya bernama Liaw Seng Kie (1882 – 1956) dan ibunya bernama Tjioe A Tjoe (1915 – 1996).

Berasal dari keluarga miskin, Ardjan Leo telah bekerja serabutan sejak remaja untuk membiayai sekolah dan membantu keluarganya. Saat bersekolah di SD Chung Hwa Xue Xiao Lubuk Pakam, nama lahirnya Liaw Tjiang Seng diganti menjadi Liao Zhangran oleh gurunya. Sejak saat itu Ardjan Leo mempunyai nama Mandarin Liao Zhangran.

Kontribusi bagi masyarakat Sumut

[sunting | sunting sumber]

Kiprah Ardjan Leo dikenal di kalangan masyarakat Medan khususnya dan Sumatera Utara pada umumnya. Ia berkontribusi dalam mengimplementasikan kebijakan pemerintah melalui peningkatan pemahaman etnis Tionghoa terhadap wawasan pemerintah Indonesia, merealisasikan pembauran dan persatuan antar etnis di Sumatera Utara.

Dalam kurun waktu 1963-2005 Ardjan Leo dipercayakan untuk menjadi orang penting di bagian redaksi umum di harian surat kabar Hwa Chiaw Jek Pau (1954-1963), Obor Revolusi (1960-1966), Chen Zhe Shien Yen Pau (1963), Bintang Indonesia (1980), Wasantara (2002-2003), dan Andalas (2005). Ardjan Leo menulis dengan nama pena "Anak Medan".

Ardjan Leo bersama dengan beberapa tokoh masyarakat Tionghoa di kota Medan mendirikan Perhimpunan Masyarakat Indonesia Tionghoa Sumatera Utara (MITSU) dan pada tanggal 20 Agustus 2008 mendirikan Sekolah Tinggi Bahasa Asing Persahabatan Internasional Asia (STBA-PIA).[3]