[go: up one dir, main page]
More Web Proxy on the site http://driver.im/

Tiga Maharaja dan Lima Kaisar

Tiga Maharaja dan Lima Kaisar ( sānhuáng wǔdì / 三皇五帝 ) (± 2872 SM - 2070 SM) merupakan legenda sejarah kuno paling awal Tiongkok. Dalam legenda sejarah kuno Tiongkok, sampai akhir Periode Negara Perang sudah terdapat berbagai versi tentang “Lima Kaisar”. Sedangkan kata “Tiga Maharaja” baru mulai muncul pada akhir Periode Negara Perang. Dan sampai zaman Dinasti Hàn baru mulai terbentuk berbagai versi tentang “Tiga Maharaja” yang ditempatkan di depan “Lima Kaisar”.

Arti Kata

sunting

Arti semula dari huruf “Maharaja ( huáng / 皇 )” adalah “Besar ( dà / 大 )” dan “Cantik ( měi / 美 )”, yang pada awalnya belum dipakai sebagai istilah atau kata nomina. Baru sampai akhir Periode Negara Perang, oleh karena huruf “Kaisar ( dì / 帝 )” dari kata “Tuhan ( shàngdì / 上帝 )” dipakai juga sebagai sebutan untuk para penguasa manusia, maka baru mulai diadopsikan huruf “Maharaja” untuk sebutan “Tuhan”. Seperti berbagai sebutan dalam buku 《 Phraseologi Chǔ ( salah satu karya literatur puisi dan syair klasik Tiongkok ) 》 ; Maharaja Barat, Maharaja Timur, Maharaja Atas dan sebagainya.

Kemudian juga ada sebutan Maharaja Langit, Maharaja Bumi dan Maharaja Manusia, yang disebut sebagai “Tiga Maharaja”. Dalam buku 《Tata Krama Zhōu》, 《Kronik Sejarah Lǚ Bùwéi》 dan 《 Kronologi Zhuāngzǐ》 juga mulai ada sebutan “Tiga Maharaja dan Lima Kaisar” yang bermaksud penguasa manusia. Bahkan dalam buku 《Kronologi Guǎn Zhòng》 telah dijabarkan dan dijelaskan perbedaan arti dan makna dari “Maharaja ( huáng / 皇 )”, “Kaisar ( dì / 帝 )”, “Raja ( wáng / 王 )”, “Hegemoni ( bà / 霸 )”, tetapi semuanya belum pernah ditetapkan sebagai nama orang.

“Tiga Maharaja dan Lima Kaisar” adalah “Kaisar-Kaisar” legenda Tiongkok yang muncul sebelum Dinasti Xià. Sesuai hasil penelitian sekarang, mereka tersebut semuanya adalah ketua suku, dan oleh karena memiliki kekuatan dan pengaruh besar sehingga berhasil menjadi pemimpin dari gabungan berbagai suku. Qín Shǐ Huáng dalam rangka menunjukkan diri berkedudukan lebih tinggi dari mereka, memakai huruf “Maharaja” dari “Tiga Maharaja” dan huruf “Kaisar” dari “Lima Kaisar” yang dikomposisikan menjadi gelar “Kaisar ( huángdì / 皇帝 )” yang kita kenal sampai sekarang.

Baik berdasarkan mitologi legenda maupun catatan buku sejarah, semuanya beranggapan dan berkeyakinan bahwa zaman dari “Tiga Maharaja” adalah lebih awal daripada zaman “Lima Kaisar”. Tetapi dari masing-masing sejarawan yang berbeda, terdapat definisi “Tiga Maharaja dan Lima Kaisar” yang berbeda. “Tiga Maharaja” ada lima versi dan “Lima Kaisar” juga ada lima versi.,

Tiga Maharaja

sunting

Catatan paling awal tentang Tiga Maharaja ( sānhuáng / 三皇 )” muncul dalam buku 《Catatan Sejarah Agung • Catatan Qín Shǐ Huáng》 pada tahun 221 SM ( tahun ke-26 Qín Shǐ Huáng ) menurut Lǐ Sī bahwa zaman kuno ada Maharaja Langit, Maharaja Bumi dan Maharaja Manusia sebagai Tiga Maharaja, dan di antaranya Maharaja Manusia dianggap paling agung.

Versi-versi dari Tiga Maharaja menurut berbagai buku dan kitab sejarah:

Versi terakhir oleh karena pengaruh dari 《Klasik Sejarah》 sehingga menjadi lebih popular. Fúxī, Shénnóng dan Huángdì menjadi Tiga Maharaja paling kuno di Tiongkok.

Dari berbagai catatan sejarah tersebut di atas, Fúxī dan Shénnóng mendapatkan dua posisi yang pasti sebagai Tiga Maharaja, yang dalam berbagai versi boleh dikatakan hampir sama semua. Sedangkan posisi ketiga seharusnya siapa, terdapat perbedaan yang cukup besar.

Selain itu, dalam buku 《Norma Tata Krama》 dari Dinasti Hàn menyatakan Maharaja Langit, Maharaja Bumi dan Maharaja Manusia sebagai Tiga Dewa Langit.

Tiga Maharaja dalam Ajaran Tao

sunting

Ajaran Tao juga membagi Tiga Maharaja menjadi Awal ( chū / 初 ), Tengah ( zhōng / 中 ), Akhir ( hòu / 后 / 後 ) tiga kelompok:

Penempatan posisi kedewaan menurut Ajaran Tao adalah:

  • Tiga Dewa Murni ( sānqīng / 三清 ).
  • Maha Kaisar Langit ( yùhuáng dàdì / 玉皇大帝 ).
  • Empat Dewa Kaisar ( sìyù / 四御 ).
    • Zhōngtiān Zǐwéi Běijí Dàdì ( 中天紫微北极大帝 / 中天紫微北极大帝 ).
    • Nánjí Chángshēng Dàdì ( 南极长生大帝 / 南极長生大帝 ).
    • Gōuchén Shànggōng Tiānhuáng Dàdì ( 勾陈上宫天皇大帝 / 勾陳上宮天皇大帝 ).
    • Hòutǔ Huángdìzhī ( 后土皇地祗 / 後土皇地祗 ).

Sedangkan penempatan posisi kedewaan menurut Ajaran Konghucu adalah:

  • Langit ( tiān / 天 ).
  • Leluhur ( zǔ / 祖) ( Tiga Maharaja dan Lima Kaisar ).
  • Agung ( shèng / 圣 / 聖 ).
    • Yang Teragung ( zhìshèng / 至圣 / 至聖 ) Kǒngzǐ.
    • Agung Kedua ( yàshèng / 亚圣 / 亞聖 ) Mèngzǐ.
    • Agung Perkasa ( wǔshèng / 武圣 / 武聖 ) Guānyǔ.

Kemudian juga ada penempatan posisi kedewaan menurut legenda rakyat maupun buku cerita pendek sebagai berikut:

Dalam Ajaran Tao tidak ada Pángǔ dan Hóngjūn. Sebagian besar legenda rakyat dan buku cerita pendek menjadikan Pángǔ, Hóngjūn dan Yuánshǐ Tiānzūn sebagai satu orang yang sama. Ada juga yang menceritakan bahwa Pángǔ adalah kakak dan Hóngjūn adalah adik, setelah Pángǔ menjadi Tiga Dewa Murni, dia mengangkat Hóngjūn sebagai Maha Guru.

Kedudukan Nǚwā

sunting

Sedangkan kedudukan Nǚwā, kadang-kadang berada di atas Tiga Maharaja, kadang-kadang berada di antara Tiga Maharaja, dan kadang-kadang malah berada dibawah Tiga Maharaja. Menurut cerita alasannya ada tiga:

  1. Dalam legenda ; Nǚwā menciptakan berbagai makluk dunia, sehingga kedudukannya sangat tinggi dan berada di atas Tiga Maharaja.
  2. Dalam legenda ; Fúxī dan Nǚwā adalah kakak beradik yang juga suami istri, dan merupakan satu keluarga, sehingga dalam daftar Tiga Maharaja, kadang-kadang ada keduanya, kadang-kadang cuma dipilih salah satu sebagai wakil. Dengan demikian, kedudukan Nǚwā berada di antara Tiga Maharaja.
  3. Oleh karena status buku 《Klasik Sejarah》 yang istimewa di antara buku dan kitab sejarah, sehingga pendapat tentang Fúxī, Shénnóng dan Huángdì sebagai Tiga Maharaja yang dipropaganda didalamnya mendapat pengakuan yang jauh lebih luas dari khalayak umum. Sedangkan keberadaan Nǚwā dari zaman Masyarakat Matriarkal, yang kemudiannya terganti oleh Masyarakat Patriarkal yang lebih menghargai kedudukan laki-laki, sehingga membuat kedudukan Nǚwā menjadi dibawah Tiga Maharaja.

Secara umum, tokoh-tokoh yang dimaksud dalam Tiga Maharaja merupakan simbol dari berbagai tahap kebudayaan yang berbeda dari leluhur Tiongkok pada masa pra-sejarah. Yǒucháo, Suìrén dan Fúxī masing-masing mewakili Tingkat Rendah, Tingkat Menengah, Tingkat Tinggi, tiga tingkat masa Pra-Peradaban. Shénnóng mewakili Tingkat Rendah pada masa Barbarian. Sedangkan Nǚwā merupakan manusia dewa pada zaman genesis yang lebih awal, yang dalam legenda juga digabungkan dengan Fúxī dalam menciptakan manusia.

Pendapat umum tentang “Tiga Maharaja” adalah Suìrén, Fúxī dan Shénnóng, yang bermula dari masa Periode Musim Semi dan Musim Gugur dan Periode Negara Perang.

Lima Kaisar

sunting

Versi-versi dari Lima Kaisar ( wǔdì / 五帝 ) menurut berbagai buku dan kitab sejarah:

Versi terakhir oleh karena kedudukan kitabnya yang sangat dihargai, sehingga karya-karya sejarah seterusnya cenderung banyak yang memakai versi ini. Sehingga versi dari Tiga Maharaja dan Lima Kaisar ini dihargai sebagai catatan sejarah kuno yang paling dipercayai.

Lima Kaisar dalam Ajaran Konghucu

sunting

Lima Kaisar Langit Awal ( xiāntiān wǔdì / 先天五帝 ) dalam Ajaran Konghucu ( yang juga menurut 《Zhōulǐ • Tiānguān》 karya Jiǎ Gōngyàn dari zaman Dinasti Táng ) adalah:

  • Tengah ; Huángdì ( 黄帝 ~ 黃帝, Kaisar Kuning ) Hánshūniǔ ( 含枢纽 / 含樞紐 )
  • Timur ; Qīngdì ( 青帝, Kaisar Hijau ) Língwēiyǎng ( 灵威仰 / 靈威仰 )
  • Selatan ; Chìdì ( 赤帝, Kaisar Merah ) Chìbiāonǔ ( 赤熛弩 )
  • Barat ; Báidì ( 白帝, Kaisar Putih ) Báizhāojù ( 白招拒 )
  • Utara ; Hēidì ( 黑帝, Kaisar Hitam ) Yèguāngjì ( 叶光纪 / 葉光紀 )

Ada legenda yang menggunakan dewa dari lima arah sebagai “Lima Kaisar”. “Lima Kaisar” dalam 《Phraseologi Chǔ • Xīsòng》 karya Wáng Yì dari zaman Dinasti Hàn Timur adalah Dewa Lima Arah. Serta oleh Lǚ Bùwéi dalam bukunya 《Kronik Sejarah Lǚ Bùwéi》 dari empat kaisar yang semula dipuja oleh Negara Qín ( 秦 ) ( Báidì, Qīngdì, Huángdì, Yándì ) ditambah dengan Hēidì menjadi Lima Kaisar yang mengatur Empat Arah, Empat Musim dan Lima Elemen, masing-masing:yakni:

Lima Kaisar dalam Ajaran Tao

sunting

Sedangkan dalam Ajaran Tao juga ada versi “Lima Kaisar” yang dikenal dengan sebutan Wǔlíng Wǔlǎo Tiānjūn ( 五灵五老天君 / 五靈五老天君 ):

  • Timur: Ānbǎo Huálín Qīnglíng Shǐlǎo Jiǔqì Tiānjūn ( 安宝华林青灵始老九炁天君 / 安寶華林青靈始老九炁天君 ).
  • Selatan: Fànbǎo Chāngyáng Dānlíng Zhēnlǎo Sānqì Tiānjūn ( 梵宝昌阳丹灵真老三炁天君 / 梵寶昌陽丹靈真老三炁天君 ).
  • Barat: Qībǎo Jīnmén Hàolíng Huánglǎo Qīqì Tiānjūn ( 七宝金门皓灵皇老七炁天君 / 七寶金門皓靈皇老七炁天君 ).
  • Utara: Dòngyīn Shuòdān Yùjué Wǔlíng Xuánlǎo Wǔqì Tiānjūn ( 洞阴朔单郁绝五灵玄老五炁天君 / 洞陰朔單郁絕五靈玄老五炁天君 ).
  • Tengah: Yùbǎo Yuánlíng Yuánlǎo Yīqì Tiānjūn ( 玉宝元灵元老一炁天君 / 玉寶元靈元老一炁天君 ).

Sebenarnya, perbedaan legenda tentang Tiga Maharaja dan Lima Kaisar merupakan produk dari perkembangan beragamnya suku bangsa di Tiongkok, yang secara komplikasi merefleksikan perkembangan dari pembauran antar suku bangsa. Jauh sebelum memasuki zaman beradab, di atas tanah air Tiongkok yang luas, sudah terbentuk Suku Huáxià ( 华夏 ), Suku Miáo ( 苗 ) dan berbagai saudara suku yang pada waktu itu disebut oleh Suku Huáxià sebagai Suku Mán ( 蛮 / 蠻 ), Suku Yí ( 夷 ), Suku Róng ( 戎 ), Suku Dí ( 狄 ) dan sebagainya.

Mengatakan Suku Huáxià sebagai keturunan dari Huángdì dan Yándì, sebenarnya merupakan refleksi dari Suku Huáxià sebagai representasi dari dua suku bangsa yang memiliki hubungan darah dan kekerabatan yang diwakili oleh Huángdì dan Yándì, yang terbentuk melalui suatu masa perkembangan yang panjang.

Tokoh-tokoh yang dimaksud dalam Lima Kaisar merupakan manusia, yang pada umumnya merupakan pemimpin kelompok suku atau pemimpin militer pada masa jaya gabungan kelompok suku kepemimpinan paterineal dan atau masa kehancurannya, ataupun pelaksana militer atau kerakyatan pada masa akhir masyarakat pra-sejarah.

Pendapat umum tentang “Lima Kaisar” adalah Huángdì, Zhuānxù, , Yáo, Shùn, yang bermula dari masa Periode Musim Semi dan Musim Gugur dan Periode Negara Perang .