[go: up one dir, main page]
More Web Proxy on the site http://driver.im/
Rhynochetos
Rentang waktu: Holosen Akhir
Rhynochetos jubatus
Klasifikasi ilmiah
Domain:
Kerajaan:
Filum:
Kelas:
Ordo:
Famili:
Rhynochetidae
Genus:
Rhynochetos

Spesies

Rhynochetos adalah genus burung yang hidup di darat[1] dalam keluarga monotipe Rhynochetidae. Genus ini hanya mengandungi dua spesies burung, keduanya merupakan burung endemik Kaledonia Baru, salah satunya telah punah.[2]

Taksonomi

sunting

Rhynochetos jubatus (Burung Kagu) adalah satu-satunya spesies yang masih ada dalam genus ini dan juga keluarga Rhynochetidae. Ia berkerabat dekat dengan burung Buntut sate di samudra Atlantik, Pasifik, dan Hindia tropis, dengan kerabat terdekat lainnya yang masih hidup yakni burung Sunbittern (Eurypyga helias).[3] Saat ini terdapat dua spesies Rhynochetos yang telah dideskripsikan, namun terdapat dugaan bahwa Rhynochetos orarius yang telah punah dan Rhynochetos jubatus yang masih ada sebenarnya adalah spesies yang sama.[4]

Deskripsi Fisik

sunting

Kagu merupakan burung besar yang tidak bisa terbang yang digambarkan sebagai sesuatu "antara Kuntul kecil dan Rallidae".[5] Burung dewasa tingginya sekitar 55 sentimeter dengan bulu abu-abu seragam dengan paruh dan kaki berwarna jingga-merah.[6] Ciri khas burung ini adalah bulu jambulnya yang panjang. Beratnya antara 700 dan 1.000 gram, tanpa perbedaan ukuran yang signifikan antara jantan dan betina.

Kuntul dapat terlihat mirip secara anatomi tetapi dapat dibedakan dengan tidak adanya bagian berwarna merah dan bulu abu-abu yang seragam.[6]

Persebaran & Habitat

sunting

Kagu adalah hewan endemik di Pulau kecil Kaledonia Baru di Pasifik Selatan, berukuran 8.000 mil persegi.[1] Mereka mendiami kawasan hutan tropis yang terpencil dan lebat di lembah-lembah kawasan pegunungan selatan, serta semak belukar yang tinggi dalam jumlah yang lebih sedikit. Mereka cenderung menghindari semak dangkal dan habitat padang rumput sabana.[5] Biasanya, mereka membutuhkan lapisan kanopi yang lebat serta lapisan serasah yang tebal tempat mereka mencari makan.[7]

Sebaran Kagus di pulau ini sangat terfragmentasi karena tutupan hutan yang sangat tidak merata. Hutannya terletak pada batuan ultrabasa, yang cenderung memiliki tutupan hutan yang kurang luas. Di bebatuan ini, hutan dibatasi pada ketinggian yang lebih tinggi dan di sepanjang sistem perairan. Kebakaran di musim kemarau juga berkontribusi terhadap berkurangnya tutupan hutan dan semakin fragmentasi populasi Kagu.[5]

Perilaku

sunting

Vokalisasi

sunting

Kagu memiliki suara lagu khusus jenis kelamin yang mereka nyanyikan di pagi hari.[5] Suara Lagu-lagu ini mampu dibawa hingga sejauh 2 km. Pasangan kawin sering kali berduaan di pagi hari, yang mungkin merupakan perilaku teritorial. Jantan cenderung lebih sering menyanyi dibandingkan betina, dan suara lagu-lagu soliter cenderung lebih sering dibawakan oleh jantan dibandingkan betina.

Panggilan Kagu digambarkan aneh. Mereka mempunyai berbagai suara mendesis pelan dan panggilan berderak.[5]

Kagu mencari makan hampir sepanjang hari di lapisan serasah dan di bagian rendah pohon dan batang. Mereka bersifat generalis, memakan berbagai macam mangsa mulai dari invertebrata seperti cacing tanah, kumbang, dan siput hingga kadal dan ikan kecil. Persediaan makanan mereka dipengaruhi oleh musim, mereka memakan mangsa yang lebih besar ketika ketersediaan makanan lebih banyak, seperti pada musim hujan. Di musim kemarau, Kagu akan memakan mangsa yang lebih kecil seperti larva. Di musim hujan, ketika makanan lebih banyak tersedia, mereka akan menghabiskan lebih sedikit waktu untuk mencari makan dan melakukan aktivitas lain, seperti melicinkn bulu dengan paruhnya.[3]

Reproduksi

sunting

Pasangan Kagu bersarang di wilayah tetap yang luas.[5] Di luar perkembangbiakan, pejantan dan betina akan hidup terpisah di wilayah bersama mereka. Tidak ada musim kawin yang jelas, namun pasangan cenderung melakukan lebih banyak upaya berkembang biak selama periode basah. Beberapa anak mungkin tetap berada di wilayah induknya selama beberapa tahun, bahkan membantu membesarkan adik-adiknya.[8]

Kagu membesarkan rata-rata sekitar 1 anakan setiap tahunnya. Jumlah upaya pembiakan Kagu sangat bervariasi, dengan kemungkinan 0-7 upaya pembiakan per tahun hingga upaya pembiakan berhasil dilakukan. Mereka akan bertelur dan mengerami satu telur selama kurang lebih 5 minggu. Pada umur 3 hari, induk akan memberi makan anaknya pada siang hari dan mengerami pada malam hari. Hal tersebut akan terjadi selama 2 bulan, yang pada akhirnya anakan tersebut akan mencapai dua pertiga dari ukuran tubuh dewasanya. Anakan biasanya akan diberi makan hingga mencapai usia 3,5 hingga 4 bulan.[3] Kagus memiliki rentang hidup yang panjang, banyak yang hidup selama 20 hingga 30 tahun di penangkaran.[1]

Ancaman terhadap konservasi

sunting

Sebelum pulau ini ditemukan oleh Kapten James Cook pada tahun 1774, terdapat populasi yang sehat dari kedua spesies Rhynochetos. Setelah ditemukannya pulau tersebut, berbagai aktivitas manusia mengancam stabilitas populasi Kagu. Kagu mulai banyak terperangkap, baik untuk diambil dagingnya maupun untuk diekspor. Penampilan indah pejantannya menyebabkannya diekspor ke kebun binatang dan museum di seluruh dunia. Hewan peliharaan yang didatangkan, seperti kucing dan anjing merupakan ancaman besar bagi Kagu. Mereka berkeliaran bebas di sekitar pulau dan memakan ikan dewasa, burung remaja, dan telurnya. Aktivitas manusia lainnya, seperti penebangan dan perburuan telah semakin memfragmentasi habitat mereka.[1] Burung-burung ini cenderung menghindari pemukiman manusia. Daerah dengan aktivitas manusia yang meningkat cenderung memiliki angka populasi yang lebih rendah. Oleh karena itu, pemeliharaan keragaman genetik Kagu terancam karena fragmentasi lebih lanjut akan semakin mengisolasi tempat tinggalnya dan dapat mengurangi migrasinya.[5]

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d Warner, Dwain Willard (1948). "The Present Status of the Kagu, Rhynochetos jubatus, on New Caledonia". The Auk. 65 (2): 287–288. doi:10.2307/4080305alt=Dapat diakses gratis . JSTOR 4080305. 
  2. ^ Balouet, J.C.; Olson, Storrs L. (1989). "Fossil birds from Late Quaternary deposits in New Caledonia" (PDF). Smithsonian Contributions to Zoology. 469 (469): 28–32. doi:10.5479/si.00810282.469. 
  3. ^ a b c Raymond, Hunt, Gavin (1997) (dalam bahasa en). Ecology and conservation of the kagu Rhynochetos jubatus of New Caledonia : a thesis presented in partial fulfilment of the requirements for the degree Doctor of Philosophy in Ecology at Massey University (Tesis). Massey University. 
  4. ^ Theuerkauf, Jörn; Gula, Roman (February 2018). "Indirect evidence for body size reduction in a flightless island bird after human colonisation". Journal of Ornithology (dalam bahasa Inggris). 159 (3): 823–826. doi:10.1007/s10336-018-1545-0alt=Dapat diakses gratis . ISSN 2193-7192. 
  5. ^ a b c d e f g Hunt, Gavin R. (October 1996). "Environmental variables associated with population patterns of the KaguRhynochetos jubatusof New Caledonia". Ibis (dalam bahasa Inggris). 138 (4): 778–785. doi:10.1111/j.1474-919x.1996.tb08836.x. ISSN 0019-1019. 
  6. ^ a b BirdLife International (2019). "Rhynochetos jubatus". 2019: e.T22692211A156666402. doi:10.2305/IUCN.UK.2019-3.RLTS.T22692211A156666402.en. 
  7. ^ Theuerkauf, Jörn; Haneda, Tokushi; Okahisa, Yuji; Sato, Nozomu J.; Rouys, Sophie; Bloc, Henri; Ueda, Keisuke; Watanabe, Izumi; Kuehn, Ralph (April–May 2017). "Elevated concentrations of naturally occurring heavy metals inversely correlate with reproductive output and body mass of the Kagu Rhynochetos jubatus". Ibis (dalam bahasa Inggris). 159 (3): 580–587. doi:10.1111/ibi.12474. ISSN 0019-1019. 
  8. ^ Letocart, Yves; Salas, Michel (June 1997). "Spatial Organisation and Breeding of Kagu Rhynochetos jubatus in Rivière Bleue Park, New Caledonia". Emu - Austral Ornithology. 97 (2): 97–107. doi:10.1071/mu97013. ISSN 0158-4197.