[go: up one dir, main page]
More Web Proxy on the site http://driver.im/

Candi Simping

bangunan kuil di Indonesia
(Dialihkan dari Candi simping)

Candi Simping atau Candi Sumberjati adalah sebuah candi yang terletak di Dusun Krajan, Desa Sumberjati, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar, Provinsi Jawa Timur Indonesia. Candi ini merupakan pendharmaan Raden Wijaya (Sri Kertarajasa Jaya Wardhana) yang merupakan raja pertama Kerajaan Majapahit dan sekaligus pendiri Kerajaan Majapahit yang berada di Trowulan Kabupaten Mojokerto yang wafat pada tahun 1309.[1]

Candi Simping saat ini

Penegasan tentang keberadaan candi Simping atau Sumber Jati ini tertulis dalam Kitab Kakawin Negarakertagama Pupuh XLVII/3[2] bagian yang ketiga, yang berbunyi:

... tahun Saka surya mengitari bulan (1231 Saka atau 1309 M), Sang Prabu (Raden Wijaya) wafat, didharmakan di dalam pura Antahpura, begitu nama PENDHARMAAN dia, dan di pendharmaan Simping ditegakkan arca Siwa...

Struktur bangunan

sunting
 
Sisa bangunan candi utama yang masih tersisa

Saat ini, candi ini hanya berupa lantai pondasinya saja, sementara bangunan utuhnya telah runtuh. Candi ini dibangun dengan bahan dasar batu andesit, berbeda dengan candi-candi yang ditemukan di wilayah Trowulan, Mojokerto. Kontruksi gambar yang dibuat oleh Dinas Kepurbakalaan menggambarkan candi ini indah dan ramping meninggi. Pada batur candi setinggi 75 cm, panjang 600 cm dan lebar 750 cm ini terpahat relief berbagai macam binatang. Di antaranya Singa, Angsa, Merak, burung Garuda, Babi hutan dan Kera. Di sisi barat ada tangga (flight step) yang dulu digunakan sebagai jalan masuk ke ruang candi. Di tengah-tengah batur candi ini terdapat batu berbentuk kubus dengan ukuran 75 cmx 75 cm x 75 cm. Pada bagian atas batu ini dipahat relief kura-kura dan naga yang saling mengkait mengitari batu tersebut. Tak jelas apa guna atau fungsi batu berbentuk kubus ini. Para sejarawan memperkirakan batu ini berfungsi sebagai tempat sesajian untuk para desa. Pada badan candi yang direkontruksi di halaman candi terdapat hiasan-hiasan bermotif sulur-suluran dan bunga. Sementara pada mustaka candi terdapat pelipit-pelipit garis dan bingkai padma (bunga teratai). Dari rentuhan yang ada diperkirakan bentuk candi Simping ini ramping (slim) sebagaimana bentuk candi-candi Jawa Timur-an. Di atas pintu utama dipahat kepala Kala yang kelihatan menyeramkan sebagai penjaga pintu Pahatan kepala kala ini, seperti umumnya kepala Kala model Jawa Timur-an, tidak dilengkapi dengan Makara. Pada sisi utara, timur dan selatan terdapat cerukan yang masing-masing di atasnya juga terpahat patung Kala. Pahatan (patung) kepala Kala ini sekarang tampak berserakan di halaman candi. Di halaman candi sebelah timur laut terdapat tiga buah Lingga-Yoni kecil. Tak jelas Lingga-Yoni ini dulu ditempatkan di mana. Hanya saja anehnya, pada bagian bawah Lingga untuk menancapkan ke Yoni ini tidak berbentuk silinder, tetapi segi empat. Sedangkan dibagian atas bersegi delapan. Di dekat Lingga-Yoni ini ada beberapa patung yang tak jelas patung siapa karena kepalanya sudah tidak ada sehingga tidak bisa dikenali. Di sudut tenggara halaman candi terdapat patung singa yang duduk di atas padmasana. Sayang patung singa ini kepalanya sudah tidak ada, tinggalm badannya saja. Sedangkan di sebelah selatan batur candi terdapat sebuah lingga miniatur candi. Diduga kuat di sini ada patung Dewa Harihara yang kini tersimpan di Museum Nasional Jakarta. Kondisi Candi Simping tidak memungkinkan untuk dipugar. karena terlalu banyak bagian candi yang hilang Kitab Negarakretagama menyebutkan candi itu merupakan tempat Raden Wijaya diperabukan. Akan tetapi, kitab itu juga menyebutkan bahwa Raden Wijaya diperabukan di Candi Brahu Trowulan. Candi Brahu juga memiliki relief jenis pradasina, relief yang dibaca searah jarum jam. Biasanya relief pradasina tidak digunakan pada candi yang berfungsi sebagai makam. Peneliti di Balai Arkeologi Yogyakarta, Nurhadi Rangkuti menulis bahwa Kitab Kakawin Nagarakretagama mencatat Raden Wijaya atau Sri Kertarajasa meninggal pada tahun Saka 1231 (1309 M) dan di-dharma-kan di Simping dengan sifat Siwaitis dan di Antapura dengan sifat Budhistis. Di Candi Simping itu sebenarnya ada arca setinggi 2 meter yang kini disimpan di Museum Nasional Jakarta. Dalam Negarakretagama disebutkan Sri Rajasa Jayanegara Hayam Wuruk berkunjung beberapa kali, hingga pada tahun Saka 1285 (1363 M) memindahkan candi makam Kertarajasa Jayawardhana.

Referensi

sunting
  1. ^ "Sejarah untuk kelas 2 SMA". november 2007. Diakses tanggal 18 Juni 2015. 
  2. ^ "Situs candi simping". Diakses tanggal 9 Juli. 

Pranala luar

sunting