Bahasa Hawu
Bahasa Hawu atau Lī Hawu adalah sebuah bahasa yang digunakan suku Sabu.[1] Penuturnya terdapat di Kota Kupang, Kabupaten Ende, Pulau Sawu, Pulau Raijua, Pulau Sumba khususnya Kabupaten Sumba Timur.
Bahasa ini termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia dengan sub-rumpun Melayu-Polinesia Tengah. Bahasa Hawu berhubungan erat dengan bahasa Dhao dan bahasa-bahasa Sumba. Bahasa Dhao pernah sekali dianggap dialek dari bahasa Hawu, tetapi keduanya tidak dapat saling mengerti.
Dialek
suntingBahasa Hawu memiliki lima dialek, yaitu: Seba (Hèbha), Timu (Dimu), Liae, Mesara (Mehara), dan Raijua. Terdapat perbedaan minor pada pengucapan dan beberapa kata di keempat dialek ini.
Dialek Seba dianggap sebagai dialek standar karena penuturnya yang lebih banyak.
Fonologi
suntingBahasa Hawu memiliki 6 vokal pendek, 5 vokal panjang, dan 21 konsonan. Walaupun bahasa Indonesia dianalisa dengan enam vokal, namun ditulis dengan hanya menggunakan lima huruf vokal yang terdapat di mesin ketik biasa, dan menurut ilmu ejaan hal ini diperbolehkan karena bunyi e-murni hanya terdapat dalam sejumlah kecil kata saja. Namun demikian, bahasa Hawu perlu ditulis dengan menggunakan enam vokal, sebagai berikut:
Depan | Tengah | Belakang | |
---|---|---|---|
Tinggi | [i] | [u] | |
Tengah | [e] | [ə] | [o] |
Rendah | [a] |
Dalam bahasa Hawu, jika bunyi pepet (atau schwa, yang ditulis dalam Internatonal Phonetic Alphabet dengan huruf /ə/) mengambil tekanan kata (stres), maka konsonan berikut diperpanjang, atau dengan kata lain, ditarik panjang. Walaupun demikian, konsonan panjang tidak perlu ditulis dua kali berturut. Cukup ditulis satu konsonan, dengan mengingat bahwa jika terdapat vokal pepet /ə/, maka konsonan berikutnya dibaca secara panjang.
Dalam bahasa Hawu, vokal pepet ditulis dengan aksen nontirus di atas huruf e, dengan contoh sebagai berikut: ama-èpu, bèjhi, bhèdo, bhèhu, èmu, èna, èpa, èhi, mobèni, bèlu, dèu, pèdha, rènge, jèna, mèdhi, lī pehèku, dsb. Karena polanya yang sangat teratur, menurut ilmu bahasa dan ilmu ejaan[7][8], tidak perlu ditulis dua konsonan berturut.
Dalam bahasa Hawu, terdapat juga vokal panjang yang dapat ditulis dengan aksen makron atau dengan vokal rangkap [VV] jika papan ketik tidak mendukung, misalnya doāe (raja) ditulis dengan doaae. Gejala vokal panjang tersebut terdapat dalam sebagian besar bahasa daerah di kawasan timur Indonesia. Vokal panjang vokal perlu dibedakan dari vokal pendek, dan dari dua vokal yang sama yang dipisahkan oleh hamzah.
Kata | IPA | Arti | |
---|---|---|---|
[a] ~ [a:] | nga | [ˈŋa] | dengan |
(ne)ngā | [neŋa:] | apa | |
ngaʼa | [ˈŋaʔa] | makan | |
[e] ~ [eː] | henge | [heŋe] | ingat |
ngē | [ˈŋe:] | pikir | |
keleʼe | [keleʔe] | menyolok | |
[i] ~ [iː] | ri | [ri] | oleh |
rī | [ri:] | arus | |
kiʼi | [kiʔi] | kambing | |
[o] ~ [o:] | do | [do] | yang |
bō | [bo:] | pecah | |
heroʼo | [heroʔo] | bawa | |
[u] ~ [uː] | natu | [natu] | penyakit gila |
natū | [natu:] | bagi, untuk | |
naduʼu | [naduʔu] | ikan |
Bahasa Hawu memiliki vokal dan aturan tekanan yang sama. Bahasa ini berbagi kesamaan konsonan implosif (atau mungkin pra-glotal) konsonan dengan bahasa Bima-Sumba dan dengan bahasa-bahasa di Flores dan Sulawesi yang lebih jauh ke utara, seperti bahasa Wolio, dan agak mirip bahasa Ngadha yang memiliki pemanjangan konsonan setelah pepet.
Terdapat beberapa perbedaan sistem bunyi (fonologi) bahasa Hawu dan bahasa Indonesia yang memaksa penutur menyesuaikan tulisannya dengan Bahasa Indonesia[9] yang hanya mempunyai 18 konsonan asli dan 4 konsonan yang dipinjam dari bahasa lain, misalnya dari bahasa Arab[10]. Sedangkan bahasa Hawu lebih rumit, dengan 20 konsonan asli dan 4 konsonan pinjaman, sebagai berikut:
Bibir | Ujung Lidah | Tengah Lidah | Belakang Lidah | Celah Suara | ||
---|---|---|---|---|---|---|
Hentian | nirsuara | [p] | [t̪] | (c) | [k] | [ʔ] |
bersuara | [b] | [d] | [d͡ʒ] | [g] | ||
Letup | [ɓ] | [ɗ] | [ʄ] | [ɠ] | ||
Frikatif | (f) | (s) | [h] | |||
Sengau | [m] | [n̪] | [ɲ] | [ŋ] | ||
Hamparan Sisi | [l̪] | |||||
Getar | [r] | |||||
Semivokal | [v~β] | [ʝ] |
Konsonan letup seperti ɓ, ɗ, ʄ, dan ɠ sering kali ditulis oleh beberapa penutur dengan bʼ, dʼ, jʼ, dan gʼ atau dapat juga ditulis dengan bh, dh, jh, dan gh.
Diftong pada bahasa Hawu adalah rangkaian vokal.
Kata-kata pada bahasa Hawu mendapat tekanan pada suku kata atau vokal kedua dari belakang. Karena di dalam bahasa Hawu konsonan selalu diikuti vokal, maka suku katanya selalu adalah konsonan-vokal (CV) atau hanya vokal (V).
Gramatika
suntingPronomina
suntingPronomina adalah kelas kata tertutup yang merujuk kepada pembicara, orang yang tertuju, atau bukan keduanya. Pronomina persona dan posesif memliki bentuk yang sama. Semua preferensi pronominal bahasa Hawu menggunakan pronomina independen.
Pronomina persona dan pronomina posesif memiliki bentuk yang sama
Persona | Tunggal | Jamak | |
---|---|---|---|
Orang pertama | eksklusif | jō (dialek Raijua)
jhā (dialek Dimu) yā (dialek Seba) |
jhī |
inklusif | dī | ||
Orang kedua | au
èu ou |
mū | |
Orang ketiga | nō | nā (dialek Raijua)
rā rō |
Urutan kelas kata untuk pronomina sebagai inti frasa nomina adalah preposisi + pronomina + demonstrativa.
Nomina
suntingMeskipun benar jika dikatakan bahwa nomina bahasa Hawu merupakan kelas kata yang mencakup nama orang, tempat dan benda, kriteria ini tidak cukup untuk membedakan nomina dari kelas kata lain. Kriteria lain yang akan memudahkan tujuan ini adalah sebagai berikut:
- Hanya nomina dapat dijadikan inti dari frasa nomina. Seperti halnya pronomina dan demonstrativa yang adalah kelas kata tertutup, nomina dapat dengan mudah diidentifikasi sebagai inti non-pronomina, non-demonstrativa, non-klausa dari frasa nomina.
- Hanya frasa nomina yang mengikuti artikel umum ne, demonstratif adjektiva, klausa relatif.
- Kebanyakan frasa nomina dari klausa verba diawali dengan preposisi kasus yang jelas.
- Pada klausa non-verba, hanya frasa nomina yang dinegasikan oleh partikel negasi adho.
- Pada klausa dengan aspek kala lampau lengkap, nomina dapat berada di antara èla...pe-.
Urutan penulisan frasa nomina di mana nomina sebagai inti frasa adalah preposisi + numeralia pengukur + artikel + numeralia kardinal + numeralia ordinal + nomina + adjektiva + pronomina posesif + numeralia ordinal + numeralia kardinal + relatif + demonstrativa.
Artikel
suntingKelas kata ini hanya memiliki satu kata di dalam bahasa Hawu, yaitu ne. Kelas kata ini mirip dengan kelas preposisi karena muncul sebelum nomina, tetapi beda karena artikel hanya menunjukkan nomina itu umum.
Nomina umum dalam kasus absolut atau dalam klausa non-verba dapat mengambil artikel yang telah disiapkan sebelumnya ne. Seperti na pada bahasa Fiji, ini bukanlah artikel pasti atau spesifik, melainkan artikel nominal sederhana untuk frasa nomina umum. Namun, ini biasanya muncul ketika inti frasa nomina memiliki pronomina posesif atau demonstratif adjektiva.
Di bawah ini adalah urutan kelas kata frasa nomina untuk ne.
artikel + nomina
artikel + nomina + pronomina
artikel + nomina + demonstrativa
Demonstrativa
suntingDemonstrativa adalah kelas kata tertutup yang menunjukkan apakah subjek dekat atau jauh dari objek, atau bukan keduanya. Perbedaan ini sangat jelas ketika mengacu pada lokasi spasial tetapi dapat juga diacukan pada kata tanya kedekatan ‘di mana’.
Demonstrativa sebagai inti frasa nomina adalah preposisi + demonstrativa.
Terdapat dua jenis demonstrativa, yaitu pronomina demonstratif dan kata adjektiva demonstratif.
Kata Ganti Demonstratif
suntingTunggal | Jamak | Arti |
---|---|---|
oni | uhi | tidak ada jarak dari pembicara (merujuk pada bagian dari tubuhnya sendiri atau sesuatu yang sedang dipegang) |
napune
(singkat: nane, ne) |
nahe | dekat dari pembicara (titik tentu dekat pembicara) |
nadhe
(singkat: dhe) |
nahedhe
(singkat: hedhe) |
dekat pembicara (di sekitar pembicara) |
napunène
(singkat: nanène, nène) |
napuhère
(singkat: nahère, hère) |
dekat yang dirujuk |
nani, nadho
(singkat: ni) |
nahidhe
(singkat: hidhe) |
jauh dari pembicara dan orang yang dirujuk |
Oni hanya muncul pada klausa non-verba. Dengan adjektiva demonstratif, bentuk tereduksi (contoh: ne, dhe, hedhe, dll.) biasanya berdiri sebagai adverbia lokasi, tujuan, atau asal. Sedangkan bentuk yang lengkap, adalah normal atau mungkin wajib pada kasus absolut. Perhatikan juga bahwa ‘h’ adalah umum untuk semua jamak.
Setidaknya, satu dari demonstrativa di atas, napune, juga menunjukkan kedekatan percakapan, yaitu sesuatu yang baru saja disebutkan atau dirujuk dalam percakapan sebelumnya.
Pronomina demonstratif dapat dibuat lokatif (di sini, di sana, di sebelah sana, sekarang, kemudian) dengan mendahului bentuk n dengan na. Bentuk netral na ène secara opsional berkontraksi menjadi nène. ‘Seperti ini’ atau ‘seperti itu’ ditandai dengan mi atau mina, dengan n menjadi h dan bentuk netral ène yang muncul tak beraturan sebagai mi(na)hère.
Kata Sifat Demonstratif
suntingTunggal | Jamak | Arti |
---|---|---|
napune
(singkat: nane, pune) |
he | dekat pembicara (titik tentu dekat pembicara) |
nadhe
(singkat: dhe) |
nahedhe
(singkat: hedhe) |
dekat pembicara (di sekitar pembicara) |
napunène
(singkat: nanène, punène) |
napuhère
(singkat: nahère) |
dekat sesuatu yang dirujuk |
nani
(singkat: ni) |
nahidhe | jauh dari pembicara dan sesuatu yang dirujuk |
Sebagai unit penanggalan, seperti hari, bulan, dan tahun nadhe dan nane menunjukkan waktu dari aksi, proses, atau keadaan yang sedang terjadi pada saat pembicaraan, contohnya: lodho dhe ‘hari ini’.
Preposisi
suntingPreposisi menunjukkan peranan semantik nomina referensi yang didahului. Di bahasa Hawu, preposisi menunjukkan hubungan semantik dari frasa nomina yang merujuk ke verba atau dalam kalimat tanpa verba, dengan referensi frasa nomina lainnya. Di bawah ini adalah upaya yang dilakukan untuk menggambarkan secara jelas fungsi dari setiap preposisi dengan mendeskripsikan peran semantik dari referensi frasa nominanya.
Preposisi | Penjelasan |
---|---|
dhei | Preposisi ini memiliki dua fungsi, yaitu:
|
jhèra | Preposisi ini memiliki dua fungsi, yaitu:
|
la | Preposisi ini memiliki dua fungsi bergantung posisinya, yaitu
|
lua | Preposisi ini adalah penunjuk untuk sesuatu yang sedang dibicarakan. Di dalam bahasa Indonesia, preposisi ini artinya ‘tentang’.
Contoh: yā ta owe lua moto pa liru ‘saya berpikir tentang bintang di langit’ |
ma | Preposisi ini memiliki dua fungsi yang bergantung pada posisinya, yaitu
|
nga | Preposisi ini memiliki dua fungsi, yaitu:
|
ngara | Preposisi ini menunjukkan hubungan kuantitas atau ukuran antara objek dan kata-kata yang lain di dalam suatu kalimat.
Contoh: nō teo kako ngara èhi kilomete ‘dia perlu berjalan sejauh satu kilometer’ |
pa | Preposisi ini berfungsi sebagai penanda untuk nomina makhluk hidup sebagai objek tak langsung. Contoh: èla doi pewie ri rō pa au ‘mereka sudah memberikan uang ke kamu’
Jenis preposisi ini juga adalah preposisi penanda lokasi dari aksi, proses, atau keadaan. Contoh: yā nē pa èmu ‘saya ada di rumah’ |
rai | Preposisi untuk menandai ‘sejak’ kapan suatu kejadian terjadi.
Contoh: ta èjhi ke rai jhèmiae he ‘sudah hujan sejak tadi pagi’ |
raingati
(reduksi: raiti, ngati) |
Jenis preposisi ini adalah preposisi penunjuk lokasi, materi, atau keadaan statis dari aksi atau proses.
Contoh: ne roti tao raingati lawo nga dèlu ‘roti terbuat dari tepung dan telur’ |
ri | Preposisi ini memiliki dua fungsi, yaitu:
|
ta | Preposisi ini adalah preposisi yang menunjukkan objek sebagai hasil atau proses tindakan.
Contoh: nō bubu ta ou ‘dia marah karena kamu’ |
wie | Preposisi benefaktif menyatakan bahwa rujukan dari nomina yang ditandai menerima manfaat dari situasi yang diungkap oleh klausa.
Contoh: yā peboka kelae wie nō ‘saya buka pintu untuk dia’ |
Verba
suntingVerba bahasa Hawu (sama seperti nomina) merupakan kelas kata terbuka “yang keanggotaannya pada prinsipnya tidak terbatas, bervariasi dari waktu ke waktu dan antara satu penutur dengan yang lain”. Kriteria yang digunakan untuk menggambarkan kelas verba bahasa Hawu adalah sebagai berikut:
- Verba biasanya mendahului frasa nomina, tetapi pada klausa dengan aspek kala lampau lengkap, verba dapat berupa pasca-nomina dengan pe dari èla...pe- dilekatkan ke verba.
- Hanya verba dan partikel yang dapat secara langsung menggunakan partikel negasi -dho.
- Verba sering didahului oleh partikel ta, do, la, dan ma dan sering diikuti oleh partikel ke, we, he, (le)ma, dan (we)ri, tetapi itu bukan keharusan bagi verba untuk didahului oleh partikel-partikel ini.
- Verba mendeskripsikan aksi, proses, atau keadaan.
- Beberapa verba menyesuaikan dengan frasa nomina absolut atau goal bernyawa.
Verba Generik & Spesifik
suntingDalam bahasa Hawu terdapat pembedaan verba generik dan verba spesifik. Verba generik bersifat umum dan tidak mutlak harus dilakukan. Verba spesifik bersifat mutlak dan tindakan yang terdapat di dalamnya harus dilakukan atau pasti terjadi pada saat itu juga. Misalnya, nga’a ‘makan’ digunakan dengan maksud perbuatan itu tidak harus dilakukan. Sebagai teguran basa-basi kepada seseorang, lawan bicara sebenarnya tidak disuruh makan atau harus makan. Namun, jika diucapkan nga'e ‘makan’ perbuatan itu harus dilakukan, tidak boleh ditolak.
Generik | Spesifik | Arti |
---|---|---|
dai | dae | 'menapis' |
dau | dao | 'mengambil' |
kèpa | kèpe | 'menangkap' |
tuku | tuke | 'melempar' |
Verba Bantu
suntingBahasa Hawu memiliki kata kerja bantu. Kata kerja bantu ini selalu mendahului frasa nomina. Mereka tidak mengikuti penanda kata kerja statif atau èla...pe-. Kata kerja bantu boleh diikuti partikel negasi dho tepat setelahnya.
Verba Imperatif
suntingBeberapa verba dalam bahasa Hawu memiliki bentuk yang berubah pada verba imperatif.
Verba Deiksis
suntingVerba deiksis memiliki bingkai kasus intransitif dengan frasa nomina absolut dan adverbia tempat opsional. Mereka menunjukkan kala sekarang, dan kedekatan spasial dari frasa nomina absolut sehubungan dengan subjek dan objek.
Tunggal | Jamak | Arti |
---|---|---|
nē | hē | subjek ada di dekat objek |
nei | hei | subjek ada jauh dari objek |
nène | hère | subjek ada sangat jauh dari objek |
Sintaksis
suntingBahasa Hawu adalah bahasa absolutif-ergatif dengan preposisi ergatif ri (dialek Hèbha), ro (dialek Dimu), la (dialek Raijhua). Klausa umumnya inisial-verba. Namun, kehadiran preposisi ergatif membuat urutan kata menjadi lebih bebas. Berdasarkan penutur, tidak ada perbedaan antara konstruksi kalimat di bawah ini.
SV | yā | beʼi |
saya | tidur | |
VS | beʼi | yā |
tidur | saya | |
"Saya tidur" |
Pada ketidakhadiran preposisi ergatif, konstruksi bivalen memiliki urutan kata AVO yang ketat.
AVO | Haʼe | tangaʼa | teraʼe |
Haʼe | makan | sorgum | |
"Ha'e makan sorgum" |
Ketika ada preposisi ergatif, urutan kata menjadi lebih bebas. Sebagai tambahan, dengan adanya preposisi ergatif, banyak verba transitif memiliki bentuk khusus untuk mengindikasikan jumlah tunggal dari objek dengan mengganti vokal terakhir dari verba dengan -e ketika verba berakhir dengan -i, -o, atau -a (contoh: bhuju ‘sentuh mereka’, bhuje ‘sentuh ia’) atau -o ketika verba berakhir dengan -u (contoh: bèlu → bèlo ‘melupakan’). Verba yang berakhiran dengan -e tidak memiliki alternasi.
OVA | terae | ngaʼe | ri | Haʼe | |
sorgum | makan | ergatif | Haʼe | ||
VAO | ngaʼe | ri | Haʼe | terae | nane |
makan | ergatif | Haʼe | sorgum | demonstratif | |
"Ha'e memakan sorgum ini" |
Reduplikasi
suntingReduplikasi atau pengulangan adalah proses pembentukan kata turunan dengan mengulang bentuk dasar, baik seluruhnya maupun sebagian dan baik berimbuhan maupun tidak berimbuhan.
Reduplikasi Keseluruhan
suntingDi dalam reduplikasi keseluruhan bentuk dasar yang membentuknya diulang secara keseluruhan. Reduplikasi itu tidak mengalami perubahan. Reduplikasi keseluruhan di dalam bahasa Hawu dapat terjadi pada nomina, verba, dan adjektiva yang masing-masing berdiri sendiri. Dengan demikian, tidak terjadi perubahan kelas kata akibat proses reduplikasi. Namun, dalam bahasa Sabu terdapat keunikan bahwa reduplikasi keseluruhan ini mempunyai fungsi semantik yang sangat sederhana.
Reduplikasi nomina untuk menyatakan banyak.
hapi ‘sapi’ → hapi-hapi ‘banyak sapi’
jara ‘kuda’ → jara-jara ‘banyak kuda’
Reduplikasi verba untuk menyatakan perbuatan berulang kali dan proses waktunya agak lama.
bèjhi ‘tidur’ → bèjhi-bèjhi ‘tidur-tidur’
jhiu ‘mandi’ → jhiu-jhiu ‘mandi-mandi’
Reduplikasi adjektiva untuk menyatakan sangat. Di samping itu, reduplikasi adjektiva dapat digunakan untuk menyatakan semuanya.
hèro ‘asin’ → hèro-hèro ‘sangat asin’
nèta ‘manis’ → nèta-nèta ‘sangat manis’
mau ‘bersih’ → mau-mau ‘semuanya bersih’
Reduplikasi Berafiks
suntingReduplikasi berafiks atau sebagian terjadi pada kata pertama yang mendapat prefiks yang mengandung fungsi semantik perbuatan sesuai dengan kata dasarnya. Dilihat dati kelas katanya reduplikasi berafiks dapat terjadi pada verba dan adjektiva.
Reduplikasi berafiks pada verba
manga ‘main’ → pemanga-manga ‘bermain-main’
ngaʼa ‘makan’ → pengaʼa-ngaʼa ‘memberi makan’
ruʼu ‘tunduk’ → peruʼu-ruʼu ‘menundukkan’
kako ‘jalan’ → pekako-kako ‘menjalankan’
kau ‘garuk’ → pekau-kau ‘menggaruk-garuk’
Reduplikasi berafiks pada adjektiva
jhau ‘jauh’ → pejhau-jhau ‘menjauh-jauhkan’
worena ‘besar’ → peworena-worena ‘membuat lebih besar’
mae ‘hancur’ → pemae-mae ‘membuat lebih hancur’
hèpo ‘putus’ → pehèpo-hèpo ‘membuat jadi putus’
dhida ‘tinggi’ → pedhida-dhida ‘membuat jadi tinggi’
Bilangan
suntingBilangan Pokok (Angka Kardinal)
suntingAngka | Bahasa Sabu | Bahasa Indonesia |
---|---|---|
1 | èhi | satu |
2 | due | dua |
3 | tèlu | tiga |
4 | èpa | empat |
5 | lèmi | lima |
6 | èna | enam |
7 | pidu | tujuh |
8 | aru | delapan |
9 | heo | sembilan |
10 | henguru | sepuluh |
Untuk bilangan pokok belasan (11 sampai 19) ditulis henguru lalu diikuti oleh bilangan satuannya.
Angka | Bahasa Sabu | Bahasa Indonesia |
---|---|---|
11 | henguru èhi | sebelas |
12 | henguru due | dua belas |
13 | henguru tèlu | tiga belas |
14 | henguru èpa | empat belas |
15 | henguru lèmi | lima belas |
16 | henguru èna | enam belas |
17 | henguru pidu | tujuh belas |
18 | henguru aru | delapan belas |
19 | henguru heo | sembilan belas |
Untuk bilangan pokok puluhan (20 sampai 90) ditulis bilangan satuan lalu diikuti olejh nguru. Untuk bilangan gabungan dari puluhan dan satuan, maka ditulis bilangan puluhannya dulu baru bilangan satuannya, contoh 24 ditulis due nguru èpa.
Angka | Bahasa Sabu | Bahasa Indonesia |
---|---|---|
20 | duenguru | dua puluh |
30 | tèlunguru | tiga puluh |
40 | èpanguru | empat puluh |
50 | lèminguru | lima puluh |
60 | ènanguru | enam puluh |
70 | pidunguru | tujuh puluh |
80 | arunguru | delapan puluh |
90 | heonguru | sembilan puluh |
Untuk satuan-satuan bilangan di atas puluhan, konsepnya sama dengan bilangan puluhan.
Angka | Bahasa Sabu | Bahasa Indonesia |
---|---|---|
100 | hengahu | seratus |
200 | duengahu | dua ratus |
900 | heongahu | sembilan ratus |
1000 | hetèba | seribu |
2000 | duetèba | dua ribu |
9000 | heotèba | sembilan ribu |
100.000 | hengahu tèba | seratus ribu |
200.000 | duengahu tèba | dua ratus ribu |
900.000 | heongahu tèba | sembilan ratus ribu |
1.000.000 | hejuta | satu juta |
2.000.000 | duejuta | dua juta |
9.000.000 | heojuta | sembilan juta |
Bilangan Urut (Angka Berurutan)
suntingUntuk bilangan urut, tinggal ditambahkan awalan ke- pada pada satuan bilangan terbesarnya.
Angka | Bahasa Sabu | Bahasa Indonesia |
---|---|---|
ke-1 | petari | pertama |
ke-2 | kedue | kedua |
ke-3 | ketèlu | ketiga |
ke-4 | keèpa | keempat |
ke-5 | kelèmi | kelima |
ke-6 | keèna | keenam |
ke-7 | kepidu | ketujuh |
ke-8 | kearu | kedelapan |
ke-9 | keheo | kesembilan |
ke-10 | kehenguru | kesepuluh |
Perbandingan Bahasa Sabu Dengan Bahasa Ndao
suntingFonologi
suntingBahasa Dhao memiliki inventaris kosa kata yang lebih besar, tetapi bahkan di mana bahasa-bahasa yang memiliki konsonan yang sama, seringkali tidak ada korespondensi satu-ke-satu. Terlepas dari alfabet Hawu /w/, Dhao lebih konservatif dalam hal alfabet. Hawu *s, *c bergeser ke /h/ pada zaman kontak dengan bangsa Portugis. Korelasi yang tidak jelas adalah:
Dhao | Hawu | Contoh | Arti |
---|---|---|---|
[tʃ] | [h] | caʼe ~ haʼe | memanjat |
[s] | [h] | risi ~ rihi | lebih |
[h] | [h] | hèba ~ hèbha | mulut |
[h] | [v~β] | hahi ~ wawi | babi |
[ɖʐ] | [d] | madhe ~ made | made |
[d] | [ɗ] | mèda ~ mèdha | malam |
[ɗ] | [ɗ] | lodʼo ~ lodho | matahari, hari |
[bβ] | [b] | bhèni ~ bèni | perempuan |
[b] | [ɓ] | hèba ~ hèbha | mulut |
[ɓ] | [ɓ] | sabʼa ~ habha | usaha |
[d͡ʒ] | [ʄ], [j] | jaʼa ~ jhā, yā | saya, aku |
[d͡ʒ] | [d͡ʒ] | pajū ~ pèjū | perintah |
[ʄ] | [ʄ] | ajʼu ~ ajhu | pohon |
Untuk awalan /dʒ/ di Ndao, ada variasi dialek antara /ʄ/ dan /j/ di Sabu. Sebagian besar konsonan lain memiliki korespondensi satu-ke-satu, tetapi beberapa (seperti /ɓ/, /ɡ/, dan non-inisial /dʒ/) belum cukup dibuktikan untuk memastikannya.
Pronomina
suntingKata pronomina independen serupa.
Kata Ganti Orang | Dhao | Hawu |
---|---|---|
saya, aku | ja'a | jhā (yā, jō) |
kamu | èu | èu (au, ou) |
dia | nèngu | nō |
kami | ji'i | jhī |
kita | èjhi | dī |
kalian | miu | mū |
mereka | rèngu | rā (nā) |
Referensi
sunting- Grimes, Charles E. 2006. "Hawu and Dhao in eastern Indonesia: revisiting their relationship"
- Capell, Arthur. 'The "West Papuan Phylum": General, and Timor and Areas Further West' Diarsipkan 2016-03-04 di Wayback Machine., §2.10.1 in Wurm 1977 [1975], New Guinea Area Languages and Language Study, volume 1: Papuan Languages and the New Guinea Linguistic Scene. Canberra.
- Walker, Alan T. 1982. A Grammar of Sawu. NUSA Linguistic Studies in Indonesian and Languages of Indonesia. Vol. 13.
- ^ Sabu Speaking Peoples - Joshua Project
- ^ Ethnologue (dalam bahasa Inggris) (edisi ke-25, 19), Dallas: SIL International, ISSN 1946-9675, OCLC 43349556, Wikidata Q14790
- ^ "Ethnologue: Languages of the World, 16th Edition"; untai nama pengarang: M. Paul Lewis; pada waktu: 2009.
- ^ "Personal Communication on Rikou"; Proyek Bahasa Terancam; untai nama pengarang: Daniel Kaufman; pada waktu: 2012.
- ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Bahasa Hawu". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History.
- ^ "Bahasa Hawu". www.ethnologue.com (dalam bahasa Inggris). SIL Ethnologue.
- ^ Pike, Keneth L. (1949). "Phonemics: a system for reducing languages to writing". Ann Arbor: Univ. of Michigan Press.
- ^ Smalley, William (1963). "How shall I write this language?". Orthography Studies. New York: United Bible Societies.
- ^ Grames, Charles E. (1999). "Implikasi Penelitian Fonologis untuk Cara Menulis Bahasa-Bahasa Daerah di Kawasan Timur Indonesia" (PDF). Centre for Regional Studies, Universitas Kristen Artha Wacana, Kupang; dan Summer Institute of Linguistics, International.
- ^ "Indonesian Introduction". Darrell Tryon, red. Comparative Austronesian Dictionary: an introduction to Austronesian studies. 4 Parts. Trends in Linguistics, Documentation 10. Berlin: Mouton de Gruyter. Part 1, Fascicle 1:443–457. 1995. line feed character di
|journal=
pada posisi 175 (bantuan);