Kalingga (India)
Kalingga daerah historis bekas negara | |||||
---|---|---|---|---|---|
Tempat | |||||
Sejarah | |||||
Pembuatan | 3 abad SM | ||||
Pembubaran | 261 SM | ||||
Organisasi politik | |||||
Bentuk dasar pemerintahan | monarki |
Kalingga adalah negeri bersejarah di India. Lazimnya negeri Kalingga dipahami sebagai daerah pesisir timur di antara Sungai Mahanadi dan Sungai Godavari, kendati batas-batas negeri Kalingga kerap berubah mengikuti luas kedaulatan para penguasanya. Wilayah inti negeri Kalingga meliputi sebagian besar wilayah Negara Bagian Odisha dan kawasan utara dari Negara Bagian Andhra Pradesh sekarang ini. Sebagian wilayah Negara Bagian Chattisgarh dan Negara Bagian Telangana juga pernah menjadi bagian dari wilayah kedaulatan Kalingga.
Orang Kalingga disebut-sebut sebagai salah satu suku besar di dalam wiracarita legendaris Mahabharata. Pada abad ke-3 SM, wilayah ini dikuasai Kemaharajaan Maurya seusai Perang Kalingga, dan kemudian hari diperintah beberapa wangsa pribumi yang rajanya bergelar Kalinggadipati (Adipati Kalingga); wangsa-wangsa tersebut adalah Mahamegawahana, Wasistha, Mathara, Pitrebakta, dan Gangga Timur. Dalam perjalanan sejarahnya, negeri Kalingga pernah menjadi bagian dari kemaharajaan-kemaharajaan yang lebih besar, dan perlahan-lahan kehilangan keistimewaan identitas politiknya selepas masa pemerintahan wangsa Gangga Timur.
Bentang alam
[sunting | sunting sumber]Wilayah Kalingga lazimnya didefinisikan sebagai daerah pesisir timur di antara Sungai Mahanadi dan Sungai Godavari. Akan tetapi batas-batas wilayahnya berubah-ubah dari waktu ke waktu sepanjang sejarah.[1]
Dalam sastra India Kuno, wilayah Kalingga dikaitkan dengan Bukit Mahendragiri di Distrik Ganjam, Negara Bagian Odisha, tidak jauh dari perbatasan dengan Negara Bagian Andhra Pradesh.[2]
Batas selatan Kalingga pernah membentang jauh sampai ke Sungai Krishna. Batas utaranya kadang-kadang meluas ke daerah seberang Sungai Mahanadi sampai ke Sungai Baitarani. Wilayah Kalingga meliputi seluruh wilayah Negara Bagian Odisha sekarang ini: kawasan timur laut Odisha adalah bekas wilayah Kerajaan Utkala, dan kawasan baratnya adalah bekas wilayah Kerajaan Daksina Kosala.[3] Negeri Utkala perlahan-lahan kehilangan identitasnya dan dianggap sebagai bagian dari Kalingga.[4]
Batas Timur Kalingga adalah perairan Teluk Benggala. Batas barat Kalingga sukar untuk ditentukan, karena berubah-ubah mengikuti jangkauan kekuasaan politik raja-rajanya. Meskipun demikian, kitab-kitab Purana menyiratkan bahwa wilayah Kalingga membentang sampai ke Perbukitan Amarakantaka di sebelah barat.[5]
Beberapa prasasti kuno memuat perkataan "Trikalingga", yang telah ditafsirkan macam-macam. Menurut salah satu tafsiran, Trikalingga mengacu kepada wilayah terluas negeri Kalingga. Meskipun demikian, catatan-catatan peninggalan Wangsa Chalukya Timur menyiratkan bahwa Kalingga dan Trikalingga adalah dua negeri yang berbeda, karena Trikalingga adalah sebutan untuk daerah perbukitan di sebelah barat Kalingga.[6]
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Nama wilayah ini berasal dari nama suku Kalingga. Menurut wiracarita Mahabharata, leluhur orang Kalingga masih bersaudara dengan leluhur suku-suku tetangganya, yakni orang Angga, orang Wangga, orang Pundra, dan orang Suhma.[7]
Orang Kalingga mendiami daerah luas yang membentang dari Sungai Baitarani di Odisha sampai ke Warahanandi di Distrik Visakhapatnam.[8] Pada masa lampau, ibu kota negeri Kalingga adalah Dantakura atau Dantapura (sekarang benteng Dantawaktra dekat Srikakulam di Distrik Ganjam, yang dialiri sungai Langguliya atau Langgulini).[8]
Prasasti Hathigumpha menyiratkan bahwa seorang raja bernama Nandaraja pernah menggali sebuah waduk di tempat itu pada masa lampau. Andaikata Raja Nandaraja berasal dari wangsa Nanda, maka agaknya wilayah Kalingga pernah dicaplok wangsa tersebut.[9] Rupanya Kalingga kembali merdeka sesudah kejatuhan wangsa Nanda. Wilayah ini disebut dengan nama "Calingae" di dalam Indike karangan Megasthenes (abad ke-3 SM):
Baik Prinas maupun Cainas (salah satu anak sungai Gangga) adalah sungai-sungai yang dapat dilayari. Suku-suku yang mendiami tepian Sungai Gangga adalah orang Calingae, yang paling dekat dengan laut, dan lebih ke hulu orang Mandei, juga orang Malli, yang di antaranya menjulang Gunung Mallus, batas seluruh wilayah Sungai Gangga.
— Megasthenes fragm. XX.B. in Pliny. Hist. Nat. V1. 21.9–22. 1.[10]
Kota Raja orang Calingae dinamakan Parthalis. Raja mereka membawahi 60.000 prajurit pejalan kaki, 1.000 prajurit berkuda, dan 700 ekor gajah yang senantiasa berjaga-jaga dan melindunginya dari "ancaman perang."
— Megasthenes fragm. LVI. in Plin. Hist. Nat. VI. 21. 8–23. 11.[10]
Kalingga dianeksasi Maharaja Ashoka, penguasa Maurya, pada abad ke-3 SM. Negeri Kalingga jajahan Maurya berpusat di Tosali. Sesudah Kemaharajaan Maurya melemah, Kalingga jatuh ke tangan Wangsa Mahamegawahana. Raja dari wangsa ini, Karawela, menyebut dirinya Maharaja Kalinggadipati (Maharaja Adipati Kalingga).[2]
Kalingga menjadi jajahan Kemaharajaan Gupta pada abad ke-4 M. Sesudah Kemaharajaan Gupta tumbang, Kalingga diperintah beberapa wangsa kecil yang raja-rajanya bergelar Kalinggadipati (Adipati Kalingga). Wangsa-wangsa kecil tersebut antara lain adalah Wasistha, Mathara, dan Pitrebaktas.[11]
Dari abad ke-11 sampai abad ke-15, Kalingga diperintah raja-raja wangsa Gangga Timur yang juga bergelar Kalinggadipati. Mula-mula pemerintahan wangsa Gangga Timur berpusat di Kalingganagara (sekarang Mukhalingam), tetapi kemudian berpindah ke Kataka (sekarang Cuttack) pada abad ke-12, masa pemerintahan Raja Anantawarman Codagangga.[12]
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]- Invasi Chola ke Kalingga (1097)
- Invasi Chola ke Kalingga (1110)
- Aksara Kalingga, turunan Aksara Brahmi
Rujukan
[sunting | sunting sumber]- ^ R. C. Majumdar 1996, hlm. 1.
- ^ a b Dineschandra Sircar 1971, hlm. 167.
- ^ Dineschandra Sircar 1971, hlm. 168-171.
- ^ Mano Mohan Ganguly 1912, hlm. 11.
- ^ Chandramani Nayak 2004, hlm. 6.
- ^ R. C. Majumdar 1996, hlm. 19.
- ^ Dineschandra Sircar 1971, hlm. 168.
- ^ a b K. A. Nilakanta Sastri 1988, hlm. 18.
- ^ Jagna Kumar Sahu 1997, hlm. 24.
- ^ a b Megasthenes Indica Diarsipkan 21 March 2015 di Wayback Machine.
- ^ Snigdha Tripathy 1997, hlm. 219.
- ^ Dineschandra Sircar 1971, hlm. 169.
Kepustakaan
[sunting | sunting sumber]- Chandramani Nayak (2004). Trade and Urban Centres in Ancient and Early Medieval Orissa. New Academic. ISBN 978-81-86772-17-1.
- Jagna Kumar Sahu (1 Januari 1997). Historical Geography of Orissa. Decent Books. ISBN 978-81-86921-00-5.
- R. C. Majumdar (1996). Outline of the History of Kalinga. Asian Educational Services. ISBN 978-81-206-1194-8.
- Dineschandra Sircar (1971). Studies in the Geography of Ancient and Medieval India. Motilal Banarsidass. ISBN 978-81-208-0690-0.
- K. A. Nilakanta Sastri, ed. (1988) [1967]. Age of the Nandas and Mauryas (edisi ke-Second). Delhi: Motilal Banarsidass. ISBN 81-208-0465-1.
- Mano Mohan Ganguly (1912). Orissa and Her Remains--ancient and Medieval: (District Puri). Thacker, Spink & Company.
- Snigdha Tripathy (1997). Inscriptions of Orissa. I - Circa 5th-8th centuries A.D. Indian Council of Historical Research dan Motilal Banarsidass. ISBN 978-81-208-1077-8.